Kisah
ini dimulai pada bulan Rabi’ul Awal (12 Rabi’ul Awal) yang mana tahun tersebut disebut
Tahun Gajah. Pada saat itu pasukan
Habsyi (Ethiopia) yang berkendaraan gajah menyerbu kota Mekkah. Pasukan
tersebut bertujuan untuk merobohkan Ka’bah. Tetapi dengan kekuasaan ALLAH
S.W.T, pasukan gajah yang dipimpin oleh Raja Abrahah dapat dibendung oleh ALLAH
S.W.T dengan menurunkan sekelompok burung-burung ababil. Burung-burung ababil
menghujani mereka dengan batu-batu kecil, sehingga semua
pasukan tersebut binasa.
Bersamaan
dengan itu, di Kota Mekkah lahirlah seorang bayi yang kelak dipilih ALLAH S.W.T
sebagai nabi dan rasul yang terakhir. Bayi tersebut diberi nama Ahmad atau
Muhammad yang artinya terpuji. Beliau adalah nabi akhir zaman, karena sesudah
beliau tidak akan ada nabi lagi. Beliau lahir dari keluarga miskin tapi kaya
akan budi pekerti dan kebangsaan. Ayah beliau adalah Abdullah Bin Abdul Muthalib. Ayahnya adalah suku Quraisy yang
berpengaruh dan berkuasa di Mekkah. Sedangkan ibu beliau bernama Aminah Binti Wahab Bin Abdi Manaf.
Ibunya juga merupakan suku Quraisy.
Ayah
Nabi Muhammad telah meninggal dunia pada saat Nabi Muhammad masih dalam
kandungan ibunya (2 bulan sebelum beliau lahir). Pada saat Nabi Muhammad lahir,
beliau telah menjadi anak yatim. Beliau pun memiliki ibu susu yang bernama
Suwaibah dari suku Aslam. Namun seiring berjalannya waktu, ibu susu nya diganti
oleh Halimatus Sa’diyah, yang berasal dari suku Saad. Nabi Muhammad diasuh oleh
Halimatus Sa’diyah hingga berumur 4 tahun.
Saat
berusia 4 tahun, Nabi Muhammad S.A.W mengalami peristiwa pencucian hati, dimana
beliau dibawa oleh Malaikat Jibril yang diutus ALLAH S.W.T untuk mengeluarkan
hati Nabi, kemudian dicucinya, setelah bersih dikembalikannya lagi ke dalam
tubuh Nabi Muhammad S.A.W. Pencucian hati tersebut bertujuan agar hati Nabi
Muhamad bersih dari kecenderungan setan. Menginjak umur 6 tahun, Nabi Muhammad
S.A.W diajak ibunya untuk berziarah ke makam ayahnya. Namun dalam perjalanan
pulang kembali ke kota Mekkah, ibunya pun jatuh sakit. Ibunya melemah hingga
meninggal dunia. Ibu Nabi Muhammad meninggal di Abwa, suatu daerah yang berada
di antara madinah dan Juhfah. Pada saat itulah, Nabi Muhammad S.A.W menjadi seorang
anak yatim piatu.
Pada
saat Nabi Muhammad S.A.W menjadi anak yatim piatu, beliau dirawat dengan penuh
cinta dan kasih sayang oleh kakeknya yang bernama Abdul Muthalib. Namun tak berlangsung lama, sejak Nabi Muhammad
S.A.W berumur 8 tahun, kakeknya pun meninggal dunia. Setelah kakeknya meninggal
dunia, Nabi Muhammad S.A.W pun di asuh oleh pamannya, yang bernama Abu Thalib. Pamannya pun sangat
menyayanginya.
Pada
saat Nabi Muhammad berusia 12 tahun, beliau mengikuti pamannya Abu Thalib pergi
ke Syam untuk berdagang. Pada saat mereka tiba di Bushra, beliau bertemu dengan
seorang pendeta yang bernama Buhairo. Pendeta tersebut mengetahui tanda-tanda
kenabian yang ada pada diri Nabi Muhammad S.A.W. Maka dinasehatilah Abu Thalib
untuk menjaga baik-baik keponakannya tersebut, karena suatu saat akan banyak
rintangan yang akan ia lewati.
Dalam
perjalanan hidupnya, beliau dikenal sebagai seorang yang jujur, berbudi luhur
dan mempunyai kepribadian yang baik. Karena kejujurannya dalam perkataan dan
perbuatannya, maka beliau diberi julukan “al-Amin” yang artinya orang yang
dapat dipercaya. Karena kejujurannya dalam hal berniaga, beliau mendapatkan
kepercayaan oleh Sitti Khadijah dalam berniaga, dan kejujurannya itu pula yang
membuat Sitti Khadijah ingin menikah dengan Nabi Muhammad S.A.W. Hingga pada
saat Nabi Muhammad berusia 25 tahun, beliau menikahlah dengan Sitti khadijah.
Siti Khadijah adalah seorang janda bangsawan yang kaya. Siti Khadijah berumur 40 tahun pada saat
menikah dengan Nabi Muhammad S.A.W. Sitti Khadijah merupakan seorang wanita
hartawan yang mulia dikalangan suku Quraisy, baik dipandang dari budi
pekertinya, keturunannya maupun kebangsawanannya. Dari pernikahan tersebut
beliau dikaruniai 2 orang putra dan 4 orang putri. Kedua orang putra beliau yaitu
Al Qosim dan Abdullah meninggal pada saat masih kecil. Sedangkan keempat putri
beliau bernama Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum dan Fatimah. Setelah menikah
dengan Sitti Khadijah, beliau berserikat dengan istrinya dalam berdagang.
Sebagai seorang manusia yang bakal menjadi pembimbing umat manusia, Muhammad
S.A.W memiliki bakat-bakat dan kemampuan jiwa yang besar, kecerdasan pikiran,
ketajaman otak, kehalusan perasaan, kekuatan ingatan, kecepatan tanggapan,
serta mendapat pengolahan yang sempurna dalam jiwanya. Beliau mengetahui
babak-babak sejarah negerinya, dimana pada saat itu kejahiliaan mulai menyebar,
pemandangan tersebut tidak hilang dari pikirannya. Hal tersebut membuat Nabi
Muhammad S.A.W khawatir. Beliau mulai menyiapkan diri (bertahan nuts) untuk
mendapatkan pemusatan jiwa yang lebih sempurna di sebuah gua kecil yang bernama
“Gua Hira” yang terletak pada sebuah bukit yang bernama “Jabal Nur” (bukit
cahaya).
Ketika
Nabi Muhammad S.A.W berusia 40 tahun, beliau lebih banyak melakukan tahan nuts
di gua hira. Hingga akhirnya pada malam 17 ramadhan, di waktu Nabi Muhammad
bertahan nuts, datanglah Malaikat Jibril A.s. : mengajarkan membaca katanya : “Bacalah”,
dengan hati yang terperanjat, Nabi Muhammad menjawab : “Aku tidak dapat membaca”.
Beliau dirangkul beberapa kali oleh Malaikat Jibril A.s., lalu dilepaskan dan
disuruhnya membaca sekali lagi. “Bacalah”, tetapi Nabi Muhammad S.A.W masih
tetap menjawab : “Aku tidak dapat membaca”, begitulah keadaan berulang hingga 3
kali, dan akhirnya Nabi Muhammad S.A.W berkata seperti apa yang di baca oleh
Malaikat Jibril A.s. (Q.S. Al ‘Alaq ayat 1-5)
(Q.S. Al 'Alaq ayat 1-5) |
Inilah
wahyu pertama yang diturunkan oleh ALLAH S.W.T kepada Nabi Muhammad S.A.W, dan
saat itulah ALLAH S.W.T mengangkat beliau sebagai Rasulullah atau utusan ALLAH
kepada seluruh umat manusia di muka bumi. Beliau sebagai penuntun seluruh umat
manusia dari kegelapan menuju cahaya, dari keburukan menjadi kebaikan, dan dari
kesengsaraan menuju keselamatan. Beliau mengajarkan manusia agar beriman kepada
ALLAH S.W.T.
No comments:
Post a Comment