Pemecahan masalah (problem solving) dapat didefenisikan sebagai suatu proses penghilangan perbedaan atau ketidaksesuaian yang terjadi antara hasil yang diperoleh dan hasil yang diinginkan. Salah satu bagian dari proses pemecahan masalah adalah pengambilan keputusan (decision making) yang didefenisikan sebagai memilih solusi terbaik dari sejumlah alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan yang tidak tepat akan mempengaruhi kualitas hasil pemecahan masalah yang dilakukan.
Kemampuan untuk melakukan pemecahan masalah adalah keterampilan yang dibutuhkan oleh hampir semua orang dalam aspek kehidupannya. Akan tetapi, keterampilan ini menjadi lebih penting lagi perannya, bila dikaitkan dengan posisi seorang pemimpin yang melaksanakan tugas-tugas kepemim-pinannya dalam suatu organisasi. Pimpinan yang mampu menyelesaikan masa-lah organisasinya dengan tepat dan benar, dipastikan akan dapat mengambil keputusan yang tepat untuk memperlancar kepemimpinannya.
Beragam teori tentang pemecahan masalah telah dihasilkan oleh banyak pakar dan ahli manajemen. Akan tetapi, dari sederetan teori tersebut, metode pemecahan masalah secara analitis dipandang sebagai teori yang ‘mempan’ untuk beragam kondisi dan suasana organisasi. Metode ini adalah salah satu pendekatan pemecahan masalah yang sering dilakukan, serta bisa meningkat-kan kualitas individu. Dengan menggunakan metode ini, seseorang dituntut untuk bisa lebih kreatif dalam menganalisa sebuah permasalahan. Kendatipun demikian, keberhasilan metode ini sangat bergantung kepada kepiawaian indi-vidu atau pemimpin yang terlibat dalam masalah yang hendak diselesaikan itu.
* Konsep Metode Pemecahan Masalah(Problem Solving)
Problem Solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Terdapat 3 ciri utama dari Problem Solving. Problem Solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam implementasi Problem Solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Problem Solving tidak mengharapkan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat, kemudian menghafal materi pelajaran, akan tetapi melalui Problem Solving siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.
1. aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Problem Solving menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran. Artinya, tanpa masalah maka tidak mungkin ada proses pembelajaran.
2. pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan penedekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan menggunakan metode ilmiah adalah proses berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara secara sistematis dan empiris. Sistematis artinya berpikir ilmiah dilakukan melalui
tahapan-tahapan tertentu; sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan pada data dan fakta yang jelas.
Metode pemecahan masalah atau problem solving adalah cara mengajar dengan cara memotivasi murid untuk maju berfikir, menganalisa suatu persoalan, sehingga menemukan pemecahannya atau dasar inisiatif sendiri. Metode pemecaan masalah ini tepat dipergunakan dalam metode belajar agama, apabila :
1. Bertujuan untuk mendidik murid-murid untuk berfikir secara kritis dan sistematis
2. Pelajarann yang dimaksudkan untuk melatih dan membiasakan sikap hidup, bahwa setiap kesulitan pasti ada jalan keluar dan pemecahannya. Jika dihadapi dengan sunggu-sungguh
3. Pelajaran yang dimaksud untuk bertnggung jawab terhadap keputusan yang telah ditetapkan dan memecahkan suatu masalah
4. Belajar menganalisa suatu persoalan dari berbagai segi
5. Belajar bertindak atas dasar rencana yang matang
6. Belajar menguji kebenaran dari suatu keputusanyang telah ditetapkan
7. Belajar bagaimana bertindak dalam situasi baru dan lain sebagainnya
(Salahuddin, 1990. Hal. 77-79)
Dengan menggunakan metode ini diharapkan kepada siswa agar dapat berfikir logis dan analisis terhadap suatu problem untuk diupayakan secara intensif sehingga diperoleh kejelasan dari problem tersebut. Jadi metode ini merupakan ajang latihan bagi siswa untuk mengemukakan argumentasinya dalam memecahkan suatu persoalan.
* Prinsip-prinsip untuk Mengajarkan Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pemecahan masalah adalah keterampilan dasar yang dibutuhkan oleh peserta didik saat ini. Dipandu oleh terakhir penelitian dalam pemecahan masalah, mengubah standar profesional, tempat kerja baru tuntutan, dan perubahan terbaru dalam teori belajar pendidik, dan pelatih kurikulum untuk mencakup lingkungan pembelajaran terpadu yang mendorong peserta didik untuk menggunakan keterampilan berpikir tingkat tinggi, dan khususnya, pemecahan masalahskills. keterampilanSebagai pendidikan telah datang di bawah kritik dari banyak sektor, pendidik telah mencari cara untuk reformasi pengajaran, pembelajaran, dan kurikulum. Banyak berpendapat bahwa perceraian isi dari aplikasi telah mempengaruhi sistem pendidikan kita (Hiebert, 1996).
Pembelajar sering belajar fakta dan prosedur hafalan dengan beberapa ikatan konteks dan aplikasi. pengetahuan. Memecahkan masalah telah menjadi sarana untuk bergabung kembali konten dan aplikasi di lingkungan belajar untuk keterampilan dasar serta aplikasi mereka dalam berbagai konteks. Saat ini ada gerakan yang kuat dalam pendidikan untuk menggabungkan pemecahan masalah sebagai kunci. komponen kurikulum. Kebutuhan peserta didik untuk menjadi masalah sukses pemecah telah menjadi tema dominan dalam standar nasional banyak Sebagai contoh, Standar Kurikulum 1989 dari Dewan Nasional Guru Matematika (NCTM) menyatakan: "Pemecahan masalah harus menjadi fokus sentral dari kurikulum matematika. Dengan demikian, itu adalah tujuan utama dari semua instruksi matematika dan merupakan bagian integral dari semua aktivitas matematika.
Problem Masalah memecahkan bukan topik yang berbeda tapi sebuah proses yang harus merasuki seluruh program dan memberikan konteks di mana konsep-konsep dan keterampilan yang dapat dipelajari "(Dewan Nasional Guru Matematika, 1989). Sementara banyak pelajar dari segala usia tidak memiliki keterampilan keaksaraan yang diperlukan dasar serta orde tinggi kemampuan berpikir, tempat kerja saat ini sering menuntut tingkat tinggi dari kedua keahlia Ekonomi, kekuatan organisasi, dan teknologi telah mengubah sifat dari tempat kerja yang paling.
Di antara kekuatan-kekuatan ini globalisasi pasar, demokratisasi di tempat kerja, pengambilan keputusan, produksi sinkron, teknologi baru, dan beberapa peran pada sebagian. Pada tahun 1991, US Departemen Tenaga Kerja Sekretaris Komisi untuk Mencapai Keterampilan yang Diperlukan (SCANS) membuat rekomendasi tentang bagaimana untuk mendidik siswa untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja masa depan Laporan SCANS (1991) adalah bahwa "pengajaran harus ditawarkan dalam konteks, dan mahasiswa harus belajar isi sementara memecahkan masalah realistis "standar pelatihan profesional. yang menangani keterampilan pemecahan masalah juga pembenahan kurikulum mereka untuk fokus pada pemecahan masalah sebagai komponen kunci dari profesional kurikulum (Barrows, 1980;.. Woods et al, 1997). Dengan pengetahuan ilmiah dua kali lipat setiap 5,5 tahun (Nash, 1994), menjadi semakin penting bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini melibatkan keterampilan dasar, tetapi juga mengharuskan peserta didik untuk menggunakan pengetahuan mereka dalam berbagai domain, melakukan kritis analisis, dan memecahkan masalah.
* Langkah-langkah Metode Pemecahan Masalah(Problem Solving)
Bukan hanya sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan. Langkah-langkah metode problem solving.
1. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari siswa sesuai dengan taraf kemampuannya.
2. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya, dengan jalan membaca buku-buku, meneliti, bertanya dan lain-lain.
3. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban ini tentu saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas.
4. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini siswa harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin bahwa jawaban tersebut itu betul-betul cocok. Apakah sesuai dengan jawaban sementara atau sama sekali tidak sesuai. Untuk menguji kebenaran jawaban ini tentu saja diperlukan metode-metode lainnya seperti demonstrasi, tugas, diskusi, dan lain-lain.
5. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai kepada kesimpulan terakhir tentang jawaban dari masalah tadi.
* Karakteristik pemecahan Masalah (Problem Solving)
Ada kalanya kita kurang memehami karakteristik seorang pemecah masalah(problem solver) yang baik, sehingga seringkali identifikasi kita hanya terfokus pada hasil (apa yang ditemukan siswa, jawaban siswa.), atau pada kecocokan proses penyelesaiannya. Dengan mengenali karakteristik pemecah masalah, maka kita dapat melihat potensi apa yang dimiliki oleh siswa serta apa yang harus kita lakukan untuk mengingat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.
Ada banyak literature dan pendapat mengnai cirri-ciri seorang pemecah masalah (yang baik), Suydam (1980:36) telah menghimpun dan menyaring cirri-ciri pemecah masalah yang baik dengan mengacu pada berbagai sumber (Dodson, Hollander, Krutetskii, Robinson, Talton dan lain-lain) menjadi 10 macam cirri. Berikut ini kesepuluh macam pemecah masalah tersebut:
1. Mampu memahami istilah dan konsep matematika.
2. Mampu mengenali keserupaan, perbedaan, dan analogi.
3. Mampu mengidentifikasi bagian yang penting serta mampu memilih prosedur dan data yang tepat
4. Mampu mengenali detail yang tidak relevan.
5. Mampu memperkirakan dan menganalisis.
6. Mampu memvisualkan dan menginterpestasikan fakta dan hubungan kuantitatif.
7. Mampu melakukan geneRalisasi dari beberapa contoh.
8. Mampu mengaitkan metode-metode dengan mudah.
9. Memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang tinggi, dengan tetap memiliki hubungan baik dengan rekan-rekannya.
1. Tidak cemas terhadap ujian atau tes.
* Kelebihan dan kekurangan Metode (Problem Solving)
a. Kelebihan
(1) dapat membuat peserta didik menjadi lebih menghayati kehidupan sehari-hari
(2) dapat melatih dan membiasakan para peserta didik untuk menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil
(3) dapat mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik secara kreatif,
(4) peserta didik sudah mulai dilatih untuk memecahkan masalahnya.
b. Kekurangan
(1) memerlukan cukup banyak waktu,
(2) melibatkan lebih banyak orang
(3) dapat mengubah kebiasaan peserta didik belajar dengan mendengarkan dan menerima informasi dari guru,
(4) dapat diterapkan secara langsung yaitu untuk memecahkan masalah
No comments:
Post a Comment